Review Resonansi
DOSEN PENGAMPU:
Dr. YUSNELTI, M.Si
NAMA : REFI RIZKIANDI
NIM : A1C217030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Resonansi
adalah delokalisasi elektron pada molekul atau ion poliatomik tertentu dimana
ikatannya tidak dapat dituliskan dalam satu struktur Lewis. Struktur molekul
atau ion yang mempunyai delokaliasi elektron disebut dengan struktur
resonan. Masing-masing struktur resonan dapat melambangkan struktur Lewis, dengan hanya satu ikatan kovalen antara masing-masing pasangan atom.
Beberapa struktur Lewis digunakan bersama-sama untuk menjelaskan struktur
molekul. Namun struktur tersebut tidak tetap, melainkan ada sebuah osilasi
antara ikatan rangkap dengan elektron, saling berbolak-balik. Maka dari itu
disebut dengan resonansi. Struktur yang sebenarnya mungkin saja adalah
peralihan dari dua struktur resonan. Bentuk peralihan (intermediet) dari
struktut resonan disebut dengan hibrida resonan.
Pada makalah
ini akan dibahas resonansi molekul organic dan efeknya terhadap kestabilan,
hiperkonjugasi, mesomeri dan efek induktif.
1.2. Rumusan Masalah
a)
Apa yang
dimaksud dengan Resonansi ?
b)
Adakah
aturan yang digunakan untuk suatu molekul beresonansi?
c)
Apa yang
dimaksud dengan Hiperkonjugasi?
d)
Apa yang
dimaksud dengan Mesomeri?
e)
Apa yang
dimaksud dengan Efek Induktif?
1.3.Tujuan
a)
Untuk
mengetahui pengertian Resonansi
b)
Untuk
mengetahui aturan yang digunakan untuk satu molekul beresonansi
c)
Untuk
mengetahui pengertian Hiperkonjugasi
d)
Untuk
mengetahui pengertian Mesomeri
e)
Untuk
mengetahui pengertian Efek Induktif
BAB II PEMBAHASAN
2.1. RESONANSI
Resonansi terjadi apabila suatu molekul dapat
dinyatakan atau digambarkan dengan lebih dari satu struktur yang satu sama lain
berbeda hanya pada susunan elektronnya, sedangkan intinya sama. Resonansi
merupakan suatu delokalisasi yang menyangkut elektron pi dan mempunyai
tanda ↔ .
Tanda ↔ berarti
bahwa :
(a)
Tidak
satupun dari struktur resonansi yang dihubungkan oleh tanda tersebut yang
menunjukkan sifat molekul yang sebenarnya.
(b)
Struktur
yang lebih tepat adalah hibrida dari semua struktur yang ada
(c)
Struktur
resonansi yang satu dengan yang lainnya hanya berbeda dalam posisi elektronnya.
Dalam hal ini tidak ada berlangsung perobahan mekanis seperti reaksi
kesetimbangan, reaksi searah, tautomeri atau perobahan lainnya.
Ada beberapa
petunjuk penting untuk menuliskan struktur resonansi (biasa disebut struktur
kanonik) dan untuk prakiraan secara kualitatif tentang pentingnya.
i. Struktur
resonansi adalah perubahan bolak-balik oleh satu atau sederet pergeseran
elektron.
Biasanya satu senyawa dapat dituliskan dengan satu
struktur yang baik untuknya, dan beberapa struktur yang lain diturunkan dari
struktur pertama tersebut untuk keperluan konsistensi dengan semua
sifat-sifatnya yang teramati. Sebagai ilustrasi, kovalensi unsur-unsur di dalam
vinil klorida, rumus molekul dan prinsip-prinsip kimia organik klasik mengarah
pada struktur 10a sebagai rumus struktur yang baik untuk senyawa
tersebut. Akan tetapi bila dikaitkan dengan hasil penghitungan panjang ikatan
C-Cl, ikatan tersebut jauh lebih pendek daripada ikatan C-Cl dalam alkil
klorida sederhana (1,78 Å), momen dipole-nya lebih kecil (1,44 D) daripada etil
klorida (2,05 D), dan lebih inert terhadap nukleofil; maka bentuk struktur 10b
dipandang memberi kontribusi yang penting kepada struktur hibrida resonansi
vinil klorida. Struktur 10b diturunkan dari struktur 10a melalui
dua pergeseran elektron yang melibatkan pasangan elektron bebas dan elektron π.
ii.
Struktur-struktur resonansi harus mempunyai elektron tak berpasangan dalam
jumlah yang sama.
Apabila
kedua struktur mempunyai total elektron yang berbeda maka strukturstruktur
tersebut menyatakan spesies molekul yang berbeda dan tidak dapat menjadi
kontributor resonansi kepada hidrida resonansi yang sama. Akan tetapi ada
kemungkinan struktur-struktur mempunyai elektron yang sama tapi berbeda jumlah
elektron tak berpasangannya.
Jika
elektron tak berpasangan dalam 12 mempunyai spin antiparalel maka
elektronelektron tersebut akan bergabung membentuk ikatan dan akan ekuivalen
dengan 11. Jika spin antiparalel dalam 13 kemudian bergeser lagi
sampai membentuk pasangan elektron menghasilkan 11 maka pastilah 13 ekuivalen
dengan 11. Akan tetapi jika elektron tak berpasngan dalam 12 dan 13
mempunyai spin yang paralel maka struktur-struktur tersebut mempunyai
multiplisitas yang berbeda, maka struktur-struktur tersebut bukan kontributor
kepada spesiaes molekul yang sama seperti struktur 11.
iii.
Struktur resonansi yang mengikuti aturan (ii) adalah struktur yang paling
stabil.
Sistem
ikatan kovalen dengan dua, empat, atau enam elektron adalah lebih stabil
daripada sistem ikatan satu atau tiga elektron. Panjang ikatan C-C dan kekuatan
ikatan dalam benzena semuanya sama, dan berada di antara nilai ikatan dalam
etana dan etilena. Hal yang perlu dipikirkan adalah ikatan dalam benzena adalah
sistem ikatan tiga elektron. Meskipun demikian, sistem ikatan tiga elektron
jauh lebih lemah (±60 kkal/mol) dibanding dengan ikatan yang ada dalam benzena.
Struktur di mana hidrogen mempunyai lebih dari dua elektron dalam kulit
valensinya (1s) atau atom unsur-unsur periode kedua mempunyai lebih dari
delapan elektron dalam kulit valensinya adalah jauh lebih tidak stabil untuk
menjadi kontributor dalam resonansi suatu molekul dalam kondisi normal. Telah
menjadi kenyataan bahwa unsur-unsur berusaha untuk mempunyai delapan elektron
valensi, dan prinsip ini disebut aturan oktet Lewis. Unsurunsur dalam
periode ketiga dapat menggunakan orbital 3s, 3p, atau 3d dan
bukanlah hal yang tidak umum bagi unsur-unsur periode tersebut untuk menampun
lebih dari delapan elektron dalam kulit valensinya. Sebagai contoh adalah
senyawa belerang dan fosfor.
iv.
Semakin kovalen ikatan-ikatan yang ada dalam suatu struktur ikatan kovalen,
semakin tinggi kestabilannya.
Ketika
atom-atom saling mendekati satu sama lain di dalam jarak ikatan kovalen,
masing-masing orbital valensinya akan berganbung membentuk orbital molekul
ikatan atau atom-atom tersebut saling tolak-menolak dengan kuat sampai
berpisah. Setiap ikatan akan menambah sekitar 50-100 kkal/mol kepada kestabilan
sistem, sedangkan perbedaan kestabilan bentuk resonansi hanyalah satu bagian
dari jumlah tersebut, struktur resonansi dengan jumlah ikatan yang lebih besar
biasanya akan lebih stabil.
v.
Struktur ikatan kovalen dipolar umumnya lebih kurang stabil daripada
struktur nonpolar.
Dua struktur
resonansi asam karboksilat (16a dan 16b) mempunyai jumlah ikatan
yang sama tetapi 16b kurang stabil karena adanya pemisahan muatan. 35
Semakin jauh terpisah muatan yang tak sejenis, semakin tidak stabil bentuk
resonansi tersebut.
Oleh karena
itu, bentuk resonansi ionik butadiena 17d ialah yang paling tidak
stabil, dan 17b yang paling stabil. Tentu saja bentuk non polar 17a yang
paling stabil di antara semuanya dan memberikan kontribusi yang paling tinggi
kepada hibrida resonansi. Dapat dikatakan bahwa struktur molekul normal adalah
yang paling menyerupai 17a.
vi.
Struktur yang melibatkan muatan formal akan lebih stabil apabila muatan
negatif berada pada atom yang paling elektronegatif dan muatan positif pada
atom yang paling kurang elektronegatif.
Aturan ini
menunjukkan bahwa bagi keton, bentuk ionik 18b lebih stabil daripada 18c,
dan hal ini diperkuat secara eksperimen dengan momen dipole dan sifat-sifat
kimia keton. Jadi jika pereaksi karbonil mengadisi ke ikatan rangkap dua suatu
keton, bagian positif pengadisi selalu masuk kepada atom oksigen.
vii.
Semakin berdekatan derajat kestabilan struktur-struktur resonansi semakin
tinggi derajat resonansinya.
Sistem yang
melibatkan struktur-struktur ikatan valensi yang ekuivalen mempunyai derajat
resonansi yang tinggi. Spesies-spesies tersebut boleh bermuatan atau tidak
bermuatan. Beberapa contoh sebagai berikut:
Di dalam hal tersebut di atas,
muatan berpindah-pindah sehingga memberikan efek penyebaran
muatan dan menghindari akumulasi muatan berlebih pada satu atom. Prinsip
elektronetralitas Pauling ini diketahui mempunyai efek penstabil. Resonansi
struktur-struktur yang mempunyai jumlah ikatan yang sama (disebut resonansi
isovalen) memberikatn kontribusi beberapa kali lipat daripada jika struktur
kontributor mempunyai jumlah ikatan yang berbeda.
viii.
Resonansi hanya dapat terjadi antara struktur yang hubungannya sangat dekat
di mana posisi semua inti atom relatif sama.
Hal ini
harus karena berguna untuk membatasi antara resonansi dengan isomerisomer.
Isomer adalah kenyataan sedangkan struktur resonansi adalah hipotetik dan hanya
pendekatan kepada struktur nyata.
Contoh
resonansi :
+ .. - .. - +
·
H2C
= CH – CH = CH2 ↔ CH2 – CH = CH – CH2 ↔ CH2
– CH = CH – CH2
-
+
·
CH2 = CH –
Cl ↔
:CH2 – CH = Cl
Kestabilan
resonansi dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Jumlah
ikatan kovalen
Makin banyak jumlah ikatan kovalen dalam strukturnya,
makin stabil resonansinya.
b. Dalil Oktet
Jumlah elektron yang memenuhi dalil oktet adalah unsur
perioda kedua, sedangkan untuk hidrogrn dan unsur-unsur mulai perioda ketiga
dan seterusnya tidak oktet
c. Pemisahan
muatan
· Adanya
pemisahan muatan akan mengurangi kestabilan bentuk resonansi
· Uatan yang
sama pada atom karbon yang sama atau yang berdekatan akan mengurangi kestabilan
bentuk resonansi.
· Bentuk yang
mempunyai muatan negatif pada atom yang paling elektronegatif merupakan bentuk
yang paling stabil.
+ -
.. .. - +
C=O ↔ C – O: ↔
C – O
.. ..
Paling stabil tidak stabil
Makin banyak struktur resonansi yang ditulis makin
stabil senyawanya karena energinya makin kecil. Efek resonansi menurunkan
kerapatan elektron pada satu posisi dan menaikkan kerapatan elektron pada
posisi yang lain.
a) Hambatan
ruang terhadap resonansi
Telah dinyatakan bahwa atom yang mengambil bagian
dalam resonansi harus terletak pada suatu bidang datar. Hambatan ruang terhadap
resonansi dapat terjadipada suatu senyawaan, contohnya pada senyawaan turunan
trinitrobenzena.
Dalam
sederet lambang resonansi, seringkali kita menunjukkan delokalisasi electron
dengan panah lengkung kecil yang memungkinkan kita secara bersistem maju dari
sat ke lain lambang resonansi. Geseran electron ini semata-mata buatan karena
electron tidak benar-benar bergeser, melainkan memang terdelokalisasi. Panah
geseran-elektron hanya dapat digambarkan dengan cara berikut :
Dari suatu
ikatan pi ke sebuah atom sebelahnya :
Dari suatu
ikatan pi ke suatu posisi ikatan sebelahnya :
Dari suatu
atom ke posisi ikatan sebelahnya :
Bila suatu
struktur merupakan hibrida resonansi dari dua atau lebih struktur resonansi, energy struktur yang nyata adalah lebih
rendah dari pada setiap struktur resonansi tunggal. Struktur nyata
dikatakan distabilkan-resonansi.
Dalam kebanyakan hal, perbedaan energy kecil, tetapi untuk system aromatic, seperti
benzene atau naftalena, perbedaan energinya berarti.
1.2. HIPERKONJUGASI
Hiperkonjugasi adalah suatu jenis resonansi yang
disebabkan oleh interaksi elektron suatu ikatan C-H dengan suatu sistem tak
jenuh karena adanya tumpang tindih dari orbital p suatu atom karbon dengan
orbital sp3 dari atom karbon yang berdekatan. Hiperkonjugasi ini
merupakan suatu jenis delokalisasi ikatan yang menyangkut elektron sigma.
Hiperkonjugasi terjadi bila sautu karbon mengandung hidrogen paling sedikit
satu, diikat pada atom yang tak jenuh atau orbital tak berpasangan.
Bentuk utama bentuk “ canonical”
Pada bentuk canonical dapat dilihat bahwa tidak ada
ikatan antara atom karbon dengan atom hidrogen, sehingga resonansi ini disebut
resonansi tak berikatan (no bond resonance)
JENIS HIPERKONJUGASI
Ada dua jenis hiperkonjugasi yaitu:
1) “Sacrificial”
Hiperkonjugasi.
Hiperkonjugasi ini terjadi pada keadaan dasar molekul
netral. Pada bentuk canonical dari hiperkonjugasi ini selain tidak ada ikatan
antara karbon dan hidrogen juga terjadi pemisahan muatan.
2) “isovalent”
hiperkonjugasi
Hiperkonjugasi ini terjadi pada ion karbonium, radikal
bebas dan berbagai molekul dalam keadaan tereksitasi. Disini bentuk “
canonical” tidak memperlihatkan pemisahan muatan yang lebih banyak daripada
bentuk yang utama.
2.2. MESOMERI
Efek mesomeri dianggap berlaku jika suatu gugus yang
dapat menerima atau memberikan elektron berkonjugasi dengan suatu sistem ikatan
tak jenuh. Jika gugus bersifat pemberi elektron, efek mesomeri adalah positif
(+M), sedangkan gugus bersifat penerima elektron efek mesomerinya adalah
negatif (-M).
Besarnya +M dapat ditinjau dari ukuran atom dan sifat
keelektronegatifan gugus pemberi elektron. Untuk tumpang tindih memberikan
ikatan rangkap. Ukuran atom harus sama atau hampir sama. Efek +M keempat atom
F, Cl, Br, I adalah C-F>C-Cl>C-Br>C-I makin bertambah nomor atomnya
makin berkurang efekk +M.
Jika gugus C=O terkonjugasi dengan C=C, polarisasi di atas
dapat diteruskan lebih lanjut oleh electron π, contohnya:
Delokalisasi terjadi, sehingga pada C3 terjadi kekurangan
electron, begitu jugan dengan C1. Perbedaan antara transmisi dengan
system terkonjugasi ini dengan efek indutif dalam suatu system jenuh adalah
bahwa di sini efek kekurangan electron disebabkan oleh transmisi tersebut, dan
polaritasnya bergantian antara atom karbon yang berdekatan.
Efek mesomerik, mirip dengan efek induksi, efeknya terpolarisasi secara
ermanen dalam keadaan dasar molekul, dan oleh karena itu dinyatakan dalam sifat
fisika senyawanya. Mesomeri hanya dapat terjadi pada senyawa tak jenuh, namun
efek induktif dapat terjadi pada senyawa jenuh maupun tak jenuh. Efek induksi
hanya terbatas pada jarak yang terbatas, sedangkan efek mesomeri dapat terjadi
sepanjang molekul masih menyediakan system terkonjugasi.
2.3. EFEK INDUKSI
Elektron yang dipolarisasikan dalam ikatan kovalen
menimbulkan efek induktif yaitu polarisai permanen pada ikatan tunggal
antarberbagai atom yang berbeda keelektronegatifannya. Sebagai standar adalah
hidrogen.
X ← CR3
H – CR3 Y → CR3
I- standar I+
Substituen yang bersifat menarik elektron yang
mempunyai efek induktif negatif (I-), sedangkan substituen yang
bersifat menolak elektron mempunyai efek induktif positif (I+). Efek
induktif ini dipengaruhi oleh jarak, makin jauh jaraknya makin kecil
pengaruhnya. Pada tabel dapat dilihat efek induktif bermacam-macam gugus
fungsi.
Electron memiliki kecenderungan untuk tertarik
sedikit ataupun banyak kea rah atom yang lebih elektronegatif dari keduanya.
Misalnya dalam suatu alkil klorida, kerapatan electron cenderung lebih besar
pada daerah didekat atom Cl daripada atom C. sebagai penunjuk bahwa atom yang
satu lebih elektronegatif, secara umum dituliskan sebagai berikut:
Jika atom karbon terikat pada klorin dan ia
sendiri berikatan pada atom karbon selanjutnya, efek induksi dapat diteruskan
pada karbon tetangganya. Akibat dari pengaruh atom klorin, electron pada
ikatan karbon klorin didermakan sebagian ke klorin, sehingga menyebabkan C1
sedikit kekurangan electron. Keadaan C1 ini menyebabkan C2 mesti mendermakan
juga sebagian elektronnya pada ikatan C2 dengan C1 agar menutupi kekurangan electron
di C1. Begitu seterusnya. Namun, efek ini dapat hilang pada suatu ikatan jenuh
(ikatan rangkap), efek induktif ini juga semakin mengecil jika melewati C2.
Pengaruh distribusi electron pada ikatan sigma ini dikenal sebagai efek
induksi.
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Resonansi
terjadi apabila suatu molekul dapat dinyatakan atau digambarkan dengan lebih
dari satu struktur yang satu sama lain berbeda hanya pada susunan elektronnya,
sedangkan intinya sama. Resonansi merupakan suatu delokalisasi yang menyangkut
elektron pi dan mempunyai tanda ↔.
Hiperkonjugasi adalah suatu jenis resonansi yang disebabkan oleh interaksi
elektron suatu ikatan C-H dengan suatu sistem tak jenuh karena adanya tumpang
tindih dari orbital p suatu atom karbon dengan orbital sp3 dari atom
karbon yang berdekatan. Hiperkonjugasi ini merupakan suatu jenis delokalisasi
ikatan yang menyangkut elektron sigma. Hiperkonjugasi terjadi bila sautu karbon
mengandung hidrogen paling sedikit satu, diikat pada atom yang tak jenuh atau
orbital tak berpasangan. Efek mesomeri dianggap berlaku jika suatu gugus yang
dapat menerima atau memberikan elektron berkonjugasi dengan suatu sistem ikatan
tak jenuh. Elektron yang dipolarisasikan dalam ikatan kovalen menimbulkan efek
induktif yaitu polarisai permanen pada ikatan tunggal antarberbagai atom yang
berbeda keelektronegatifannya. Sebagai standar adalah hidrogen.
DAFTAR
PUSTAKA
Firdaus,
2009, Modul Kimia Organik Fisis 1, Makassar : LAPORAN PMR-PS FMIPA UNHAS
Hart, dkk,
2003, Kimia Organik Edisi Sebelas, Jakarta : Erlangga
Sumo &
Channah, 1992, Pengantar Kimia Organik, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum
Tobing, dkk,
1989, Kimia Organik Fisik, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan.
Komentar
Posting Komentar