Review Larutan Elektrolit
DOSEN
PENGAMPU:
Dr.
YUSNELTI, M.Si
NAMA : REFI
RIZKIANDI
NIM :
A1C217030
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tanpa kita
sadari, selama ini kehidupan kita sangat berkaitan dengan zat kimia yang dapat
kita temui dalam berbagai macam bentuk. Salah satunya dalam larutan yang akan
dibahas lebih jauh dalam makalah ini. Misalnya garam dapur atau Natrium Klorida
(NaCl). Selain memperkaya rasa masakan ternyata garan dapur (NaCl) yang kita
kenal selama ini mempunyai kegunaan lain. Ternyata garam dapur (NaCl) dalam
bentuk larutan jika disambungkan dengan power supply dapat menghantarkan arus
listrik dan membuat lampu menyala.
Demikian
juga halnya dengan larutan-larutan lainnya, misalnya air suling, larutan gula,
asam asetat, amonia, asam sulfat, asam klorida, natrium klorida, natrium
hidroksida, dan masih banyak lagi. Secara garis besar larutan dibagi menjadi
dua yaitu larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit. Larutan elektrolit
dibagi lagi menjadi dua yaitu elektrolit kuat dan elektroit lemah. Dan untuk
selengkapnya akan dibahas pada bab selanjutnya.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan larutan kimia ?
2. Macam-macam larutan kimia ?
3. Manfaat larutan kimia ?
4.
Apa larutan elektrolit dan nonelektrolit?
5.
Apa contoh larutan elektrolit dan
nonelektrolit dalam kehidupan sehari-hari?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Termodinamika Kimia
Larutan adalah campuran homogen yang
terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam
larutan disebut (zat) terlarut
atau solut, sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi
larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk
larutan disebut pelarutan atau solvasi. Larutan umumnya berfase cair
(liquid = l) dengan pelarut
air, tetapi ada juga larutan yang berfase padat (solid = s) seperti kuningan, stainless steel, dan lain-lain,
ataupun gas (g) seperti udara. Contoh umum yang sringkita jumpai yaitu garam atau gula dilarutkan dalam air.
Gas dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon
dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam
cairan lain, sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat,
misalnya aloi
(campuran logam) dan mineral tertentu.
Sifat Dasar Larutan
Larutan
bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih.
Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut
homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya
bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
Komponen
larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute).
Pelarut adalah medium bagi zat terlarut yang dapat berperan serta dalam reaksi
kimia dalam larutan atau meninggalkan larutan karena pengendapan atau
penguapan. Dan uraian mengenai gejala ini memerlukan komposisi larutan.dan
berdasarkan daya hantarnya larutan dibagi menjadi larutan elektrolit dan non
elektrolit.
Ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:
1. Eksoterm, yaitu proses melepaskan panas dari
sistem ke lingkungan, temperatur dari campuran reaksi akan naik dan energi
potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan turun.
2. Endoterm, yaitu menyerap panas dari lingkungan
ke sistem, temperatur dari campuran reaksi akan turun dan energi potensial dari
zat- zat kimia yang bersangkutan akan naik.
Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung
relatif lebih banyak solute dibanding solvent.
2. Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih
sedikit solute dibanding solvent. Dalam suatu larutan, pelarut dapat berupa air
dan tan air.
Macam-Macam
Larutan
Larutan
terdiri dari beberapa macam yaitu :
1.
Larutan pekat dan larutan encer.
Larutan
pekat relatif mempunyai lebih banyak solute daripada solven
sedangkan larutan encer relative lebih srdikit solute daripada solvennya.
2.
Larutan berdasarkan daya hantarnya
Ada juga larutan yang bersifat
elektrolit. Air sebagai pelarut memang bukan konduktor listrik yang baik tapi
jika didalam air ditambahkan senyawa ion yang larut seperti NaCl maka larutan
ini akan menjadi konduktor listrik atau disebut larutan elektrolit. Berdasarkan
daya hantar listriknya (daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam,
yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Larutan elektrolit adalah
larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.
Larutan ini dibedakan atas:
Larutan ini dibedakan atas:
1. Elektrolit
kuat
Larutan elektrolit kuat adalah
larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat, karena zat terlarutnya
didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha = 1).
Yang
tergolong elektrolit kuat adalah:
a. Asam-asam kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
c. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain.
2. Elektrolit lemah
Larutan elektrolit lemah adalah
larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga derajat ionisasi
sebesar:
O < alpha < 1.
O < alpha < 1.
Yang
tergolong elektrolit lemah:
a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain
b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain
c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain
3. Larutan non elektrolit
adalah larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik, karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat
menghasilkan ion-ion (tidak mengion).
Tergolong
ke dalam jenis ini misalnya:
– Larutan urea
– Larutan sukrosa
– Larutan glukosa
– Larutan alkohol dan lain-lain
– Larutan urea
– Larutan sukrosa
– Larutan glukosa
– Larutan alkohol dan lain-lain
3.
Larutan menurut kejenuhannya :
1. Larutan tak jenuh yaitu larutan yang
mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat
larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak
tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak
jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan
belum jenuh ( masih dapat larut).
2. Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang
mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut
padatnya. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis
bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh
terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
3. Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu
suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan
untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi
melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi
apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh
(mengendap).
Jenis
Larutan
Ada banyak
jenis larutan disekitar kita. Tapi disini hanya akan dibahas beberapa larutan
yang mungkin sering kita temui setiap hari.
·
Larutan zat padat dalam cairan
Pada jenis
larutan ini gaya tarik antara solute lebih dominan daripada larutan antara
cairan dengan cairan. Dalam suatu zat padat, molekul-molekul atau ion-ionnya
tersusun dengan baik dan gaya tariknya maksimum. Agar terbentuk suatu larutan,
gaya tarik antar partikel solut dan solven harus baik. Seperti proses larutnya
gula dalam air. Gula yang mempunyai banyak gugusan OH dalam struktur molekulnya
akan mudah larut dalam air karena akan membentuk ikatan hydrogen dengan air
sehingga gula dengan mudah dapat ditarik dari kristalnya masuk ke solven. Hal
ini menunjukkan solute dari molekul polar akan lebih mudah larut dalam solven
polar juga. Tapi molekul-molekul polar tidak dapat larut dalam pelarut non
polar. Hal ini karena gaya tarik antar molekul-molekul polar sangat kuat
sehingga tidak bisa tertarik oleh solven non polar.
·
Larutan cairan dalam cairan
Pada
pembentukkan larutan cairan, dua macam zat dapat saling bercampur/melarutkan
jika keduanya mempunyai gaya tarik antara molekulnya sama. Proses terbentuknya
suatu cairan larut dalam cairan lainnya yaitu diperlukan tambahan energy untuk
memisahkan masing-masing molekul dari solute dan solvennya. Setelah solute dan
solven yang molekul-molekulnya dalam keadaan terpisah disatukan, energy akan
kembali dilepaskan karena adanya gaya tarik antara molekul solute dan
solven.setelah energy dilepaskan maka solute dan solven akan bersatu memebentuk
larutan.
Terjadinya
larutan yang dapat bercampur juga sangat dipengaruhi oleh suhu dan ukuran
partikel. Disini kita ambil contoh pelarutnya adalah air. Semakin panas pelarut
maka solutnya pun semakin cepat larut. Hal ini karena molekul-molekul
pada solven bergerak lebih cepat maka akan bertumbukan dengan molekul-molekul
solute. Sedangkan pada ukuran partikel, semakain besar dan padat sebuah
partikel maka akan sulit untuk larut. Hal ini karena molekul-molekul pada
partikel tersebut sangat kuat sehingga sulit untuk solven untuk menarik molekul
partikel tersebut.
·
Konsentrasi
larutan
Konsentrasi larutan
menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam
larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut
dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat
terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar,
molal, dan bagian per
juta (part per million, ppm).
Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
·
Pengenceran
Dalam
pekerjaan di laboratorium,biasanya kita menggunakan larutan yang lebih rendah
konsentrasinya dengan cara menambah pelarutnya, misalnya laboratorium kimia
membeli larutan senyawa kimia dalam air yang konsentrasinya sangat pekat, cara
ini adalah cara yang paling ekonomis. Biasanya larutan yang dibeli adalah
larutan pekat, sehingga larutan ini harus diencerkan. Proses pengenceran adalah
mencampur larutan pekat(konsentrasi tiggi) dengan cara menambahkan pelarut agar
diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jadi membuat konsentrasi larutan
tersebut menjadi lebih rendah.
Hal yang
paling penting untuk pengamanan pada saat pengenceran, jika suatu larutan
senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilkepaskan,
terutama pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan
dengan aman maka asam sulfat yang ditambahkan ke dalanm air, tidak boleh
sebaliknya. Jika air yang ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang
dilepaskan akan begitu besar dan menyebabkan air mendadak mendidih dan
menyebabkan asam sulfat memercik dan akan merusak kulit.
1. Larutan Asam dan Basa
Tabel perbedaan
larutan asam dan larutan basa
No
|
Larutan
Asam
|
Larutan
Basa
|
Larutan
Netral
|
1
|
Rasanya
asam
|
Rasanya
pahit
|
Rasanya bervariasi
|
2
|
Merubah
lakmus biru menjadi merah
|
Merubah
lakmus merah menjadi biru
|
Tidak merubah warna kertas lakmus
|
3
|
[H+]
> [OH-]
|
[H+]
< [OH-]
|
[H+] = [OH-]
|
4
|
Terurai
menjadi ion H+ dan ion negative sisa asam
|
Terurai
menjadi ion positif logam dan ion OH-
|
Terurai menjadi [H+] dan [OH-]
|
5
|
Bersifat korosif, Contoh: Cuka, air aki (H2SO4) ,
HCl, HNO3
|
Bersifat melarutkan kulit (kaustik), contoh: air sabun, air kapur, air
abu
|
Tidak bersifat korosif, contoh : NaCL, alcohol, urea
|
Senyawa
|
Kelarutan
|
Nitrat
|
Semua larut
|
Nitrit
|
Semua larut kecuali Ag+
|
Asetat
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Bi3+
|
Klorida
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Cu3+
|
Bromida
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+
|
Iodida
|
Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Bi3+
|
Sulfat
|
Semua larut kecuali Ba+, Sr2+, Pb2+,
(Ca2+ sedikit
larut)
|
Sulfit
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Sulfida
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+, Ba2+, Sr2+, Ca2+
|
Fosfat
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Karbonat
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Oksalat
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
|
Oksida
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, Ba2+, Sr2+, Ca2+
|
Hidroksida
|
Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+, Ba2+, Sr2+,
(Ca2+ sedikit
larut)
|
Tabel
Kelarutan beberapa senyawa dalam air.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kelarutan antara lain jenis zat terlarut, jenis pelarut,
temperatur, dan tekanan.
a. Jenis Zat
Zat-zat
dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur dengan baik,
sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling
bercampur (like dissolves like).
7
Senyawa yang
bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar
akan mudah larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya alkohol dan air bercampur
sempurna (completely miscible), air dan eter bercampur sebagian (partially
miscible), sedangkan minyak dan air tidak bercampur (completely
immiscible).
b. Suhu
Kelarutan
gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika air
dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air,
sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat
padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada beberapa
zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi,
misalnya natrium sulfat dan serium sulfat. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan
antara proses pelarutan dan proses pengkristalan kembali. Jika salah satu
proses bersifat endoterm, maka proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika
temperatur dinaikkan, maka sesuai dengan azas Le Chatelier (Henri Louis Le
Chatelier: 1850-1936) kesetimbangan itu bergeser ke arah proses endoterm.
Jadi jika proses pelarutan bersifat endoterm, maka kelarutannya bertambah pada
temperatur yang lebih tinggi. Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat
eksoterm, maka kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih tinggi.
c. Tekanan
Perubahan
tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat. Perubahan
tekanan sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl
sekitar 5,1 %. Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial gas itu.
Menurut hukum Henry (William Henry: 1774-1836) massa gas yang melarut
dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan tekanan
yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang berada dalam
kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya kelarutan oksigen dalam air
bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya dinaikkan 5 kali.
Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl
atau NH3 dalam
air.
Sifat
Koligatif Larutan
a. Sifat Koligati Larutan Non-Elektrolit
Sifat
larutan berbeda dengan sifat pelarut murninya. Terdapat empat sifat fisika yang
penting yang besarnya bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut tetapi
tidak bergantung pada jenis zat terlarutnya. Keempat sifat ini dikenal dengan
sifat koligatif larutan. Sifat ini besarnya berbanding lurus dengan jumlah
partikel zat terlarut. Sifat koligatif tersebut adalah tekanan uap, titik
didih, titik beku, dan tekanan osmosis. Menurut hukum sifat koligatif, selisih
tekanan uap, titik beku, dan titik didih suatu larutan dengan tekanan uap,
titik beku, dan titik didih pelarut murninya berbanding langsung dengan
konsentrasi molal zat terlarut.
8
Larutan yang
bisa memenuhi hukum sifat koligatif ini disebut larutan ideal. Kebanyakan
larutan mendekati ideal hanya jika sangat encer.
1.
Tekanan Uap Larutan
Tekanan uap
larutan lebih rendah dari tekanan uap pelarut murninya. Pada larutan ideal,
menurut hukum Raoult, tiap komponen dalam suatu larutan melakukan tekanan yang
sama dengan fraksi mol kali tekanan uap dari pelarut murni.
PA = XA . P0A
PA =
tekanan uap yang dilakukan oleh komponen A dalam larutan.
XA =
fraksi mol komponen A.
P0A =
tekanan uap zat murni A.
Dalam
larutan yang mengandung zat terlarut yang tidak mudah menguap (tak-atsiri atau nonvolatile),
tekanan uap hanya disebabkan oleh pelarut, sehingga PA dapat
dianggap sebagai tekanan uap pelarut maupun tekanan uap larutan.
2.
Titik Didih Larutan
Titik didih
larutan bergantung pada kemudahan zat terlarutnya menguap. Jika zat terlarutnya
lebih mudah menguap daripada pelarutnya (titik didih zat terlarut lebih
rendah), maka titik didih larutan menjadi lebih rendah dari titik didih
pelarutnya atau dikatakan titik didih larutan turun. Contohnya larutan etil
alkohol dalam air titik didihnya lebih rendah dari 100 °C tetapi lebih tinggi
dari 78,3 °C (titik didih etil alkohol 78,3 °C dan titik didih air 100 °C).
Jika zat terlarutnya tidak mudah menguap (tak-atsiri atau nonvolatile)
daripada pelarutnya (titik didih zat terlarut lebih tinggi), maka titik didih
larutan menjadi lebih tinggi dari titik didih pelarutnya atau dikatakan titik
didih larutan naik. Pada contoh larutan etil alkohol dalam air tersebut, jika
dianggap pelarutnya adalah etil alkohol, maka titik didih larutan juga naik.
Kenaikan titik didih larutan disebabkan oleh turunnya tekanan uap larutan.
Berdasar hukum sifat koligatif larutan, kenaikan titik didih larutan dari titik
didih pelarut murninya berbanding lurus dengan molalitas larutan.
Δtb =
kb .
m
Δtb =
kenaikan titik didih larutan.
kb =
kenaikan titik didih molal pelarut.
m =
konsentrasi larutan dalam molal.
3.
Titik Beku Larutan
Penurunan
tekanan uap larutan menyebabkan titik beku larutan menjadi lebih rendah dari
titik beku pelarut murninya.
Hukum sifat
koligatif untuk penurunan titik beku larutan berlaku pada larutan dengan zat
terlarut atsiri (volatile) maupun tak-atsiri (nonvolatile).
Berdasar hukum tersebut, penurunan titik beku larutan dari titik beku pelarut
murninya berbanding lurus dengan molalitas larutan.
Δtf =
kf .
m
Δtf =
penurunan titik beku larutan.
kf =
penurunan titik beku molal pelarut.
m =
konsentrasi larutan dalam molal.
4.
Tekanan Osmose Larutan
Peristiwa
lewatnya molekul pelarut menembus membran semipermeabel dan masuk ke dalam
larutan disebut osmose. Tekanan osmose larutan adalah tekanan yang harus
diberikan pada larutan untuk mencegah terjadinya osmose (pada tekanan 1 atm) ke
dalam larutan tersebut. Hampir mirip dengan tekanan pada gas ideal, pada
larutan ideal, besarnya tekanan osmose berbanding lurus dengan konsentrasi zat
terlarut.
p = = M. R. T
π = tekanan
osmose (atm).
n = jumlah
mol zat terlarut (mol).
R = tetapan
gas ideal = 0,08206 L.atm/mol.K
T = suhu
larutan (K).
V = volume
larutan (L).
M =
molaritas (M = mol/L).
Jika tekanan
yang diberikan pada larutan lebih besar dari tekanan osmose, maka pelarut murni
akan keluar dari larutan melewati membran semipermeabel. Peristiwa ini disebut
osmose balik (reverse osmosis), misalnya pada proses pengolahan untuk
memperoleh air tawar dari air laut.
Sifat
Koligatif Larutan Elektrolit
Larutan
elektrolit memperlihatkan sifat koligatif yang lebih besar dari hasil
perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit di
atas. Perbandingan antara sifat koligatif larutan elektrolit yang terlihat dan
hasil perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit,
menurut Van't Hoff besarnya selalu tetap dan diberi simbul i (i =
tetapan atau faktor Van't Hoff).
10
Semakin
kecil konsentrasi larutan elektrolit, harga i semakin besar, yaitu semakin
mendekati jumlah ion yang dihasilkan oleh satu molekul senyawa elektrolitnya.
Untuk larutan encer, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang dari 0,001 m,
harga i dianggap sama dengan jumlah ion.
Empat macam
sifat koligatif larutan elektrolit adalah:
1. Penurunan tekanan uap,
ΔP =
i.P0.XA
2.
Kenaikan titik didih
Δtb = i.kb.m
3.
Penurunan titik beku
Δtf = i.kf.m
4.
Tekanan osmose
p = = i. M. R. T
Berdasarkan
sifat daya hantar listriknya, larutan dibagi menjadi dua yaitu larutan
elektrolit dan larutan nonelektrolit. Sifat elektrolit dan nonelektrolit
didasarkan pada keberadaan ion dalam larutan yang akan mengalirkan arus
listrik. Jika dalam larutan terdapat ion, larutan tersebut bersifat elektrolit.
Jika dalam larutan tersebut tidak terdapat ion larutan tersebut bersifat
nonelektrolit.
Larutan
elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan
nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Hantaran listrik melalui larutan dapat dtunjukkan dengan alat uji elektrolit
seperti pada Gambar. Jika larutan menghantarkan arus listrik, maka lampu dalam
rangkaian tersebut akan menyala dan timbul gas atau endapan pada salah satu atau
kedua elektroda.
Contoh lain
adalah, bila NaCl dilarutan dalam air akan terurai menjadi ion positif dan ion
negatif. Ion positif yang dihasilkan dinamakan kation dan ion negatif yang
dihasilkan dinamakan anion. Larutan NaCl adalah contoh larutan elektrolit.
Perhatikan reaksi berikut:

Bila gula dilarutkan dalam air, molekul-molekul gula tersebut tidak terurai menjadi ion tetapi hanya berubah wujud dari padat menjadi larutan. Larutan gula adalah contoh dari larutan nonelektrolit. Perhatikan reaksi berikut:

Adapun secara
lebih mendalam, masing-masing larutan akan dijelaskan sebagai berikut:
Larutan
elektrolit adalah larutan yang dapat menghantar listrik. Penghantar listrik
bisa terjadi karena larutan tersebut memiliki ion-ion bebasnya. Pembentukan
ion-ion dari atom bebasnya disebut ionisasi. Ionisasi biasanya terjadi pada
garam juga asam kuat yang dilarutkan dalam air.
Contohnya
seperti garam NaCl akan terionisasi menjadi Na+ dan Cl-
bila dilarutkan dalam air. Begitu juga yang terjadi pada asam kuat HCl yang
akan terionisasi menjadi H+ dan Cl-.
Untuk
mengujinya bisa dilakukan percobaan sebelumnya. Bila lampu menyala atau
menghasilkan gelembung berarti larutan itu termasuk larutan elektrolit.
Pada tahun
1884, Svante Arrhenius, ahli kimia terkenal dari Swedia mengemukakan teori
elektrolit yang sampai saat ini teori tersebut tetap bertahan padahal ia hampir
saja tidak diberikan gelar doktornya di Universitas Upsala, Swedia, karena
mengungkapkan teori ini. Menurut Arrhenius, larutan elektrolit dalam air
terdisosiasi ke dalam partikel-partikel bermuatan listrik positif dan negatif
yang disebut ion (ion positif dan ion negatif). Jumlah muatan ion positif akan
sama dengan jumlah muatan ion negatif, sehingga muatan ion-ion dalam larutan
netral. Ion-ion inilah yang bertugas mengahantarkan arus listrik.
Berdasarkan
percobaan yang dilakukan oleh Michael Faraday, diketahui bahwa jika arus
listrik dialirkan ke dalam larutan elektrolit akan terjadi proses elektrolisis
yang menghasilkan gas. Gelembung gas ini terbentuk karena ion positif mengalami
reaksi reduksi dan ion negatif mengalami oksidasi. Contoh, pada larutan HCl
terjadi reaksi elektrolisis yang menghasilkan gas hidrogen.
Larutan
elektrolit terbagi menjadi dua, yaitu elektrolit kuat dan lemah.
Pada larutan
elektrolit kuat, seluruh molekulnya terurai menjadi ion-ion (terionisasi
sempurna). Karena banyak ion yang dapat menghantarkan arus listrik, maka daya
hantarnya kuat. Dalam persamaan reaksi, ionisasi elektrolit kuat ditandai
dengan panah satu arah ke kanan.
Contoh
larutan elektrolit kuat :
1.
Asam, contohnya asam sulfat (H2SO4), asam nitrat (HNO3),
asam klorida (HCl);
2.
Basa, contohnya natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH), barium
hidroksida (Ba(OH)2);
3.
Garam, hampir semua senyawa kecuali garam merkuri.
Larutan
elektrolit lemah adalah larutan yang dapat memberikan nyala redup ataupun tidak
menyala, tetapi masih terdapat gelembung gas pada elektrodanya. Hal ini
disebabkan tidak semua terurai menjadi ion-ion (ionisasi tidak sempurna)
sehingga dalam larutan hanya ada sedikit ion-ion yang dapat menghantarkan arus
listrik. Dalam persamaan reaksi, ionisasi elektrolit lemah ditandai dengan
panah dua arah (bolak-balik).
Contoh
senyawa yang termasuk elektrolit lemah : CH3COOH, HCOOH, HF, H2CO3,
dan NH4OH.
Seperti
namanya, larutan nonelektrolit berarti kebalikan dari larutan elektrolit.
Artinya larutan nonelektrolit tidak bisa menghantarkan listrik. Hal ini
disebabkan karena tidak terjadi ionisasi pada larutan tersebut atau kalaupun
terjadi ionisasi, ion-ion yang dihasilkannya tidak cukup kuat untuk
menghantarkan listrik.
Contoh
larutan nonelektrolit adalah alkohol, larutan gula dan lain-lain. Untuk lebih
jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut.
Tabel perbandingan
antara larutan elektrolit dan nonelektrolit
Larutan
elektrolit
|
Larutan
nonelektrolit
|
Dapat
mengahantar listrik
|
Tidak
dapat menghantarkan listrik
|
Terjadi
proses ionisasi (terurai menjadi ion-ionnya)
|
Tidak
terjadi proses ionisasi
|
Lampu
dapat menyala terang atau redup dan ada gelembung gas
|
Lampu
tidak menyala dan tidak ada gelembung gas
|
Contoh:
Larutan
garam dapur
Cuka dapur
Air aki
Larutan
garam magnesium
|
Contoh:
Larutan
gula
Larutan
urea
Larutan
alkohol
Larutan
glukosa
|
Perbedaan lainnya yang juga dapat memberikan pemahaman tentang larutan
nonelektrolit adalah bahwa larutan elektrolit dapat bersumber dari senyawa ion
(senyawa yang mempunyai ikatan ion) atau senyawa kovalen polar (senyawa yang
mempunyai ikatan kovalen polar), sedangkan larutan nonelektrolit adalah larutan
yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dan tidak menimbulkan gelembung
gas.
Adapun
perbedaan daya hantar beberapa larutan elektrolit dan larutan
nonelektrolit adalah sebagai berikut:
Dari data
label tampak bahwa:
1.
Arus listrik yang melalui larutan asam sulfat, natrium hidroksida dan garam
dapur adalah elektrolit kuat, karena dapat menyebabkan lampu menyala terang dan
timbul gas di sekitar elektrode. Hal ini menunjukan bahwa larutan asam sulfat,
natrium hidroksda dan garam dapur memiliki daya hantar listrik yang baik.
2.
Arus listrik yang melalui larutan asam cuka dan amonium hidroksida dapat
menyebabkan lampu tidak menyala, tetapi pada elektrode akan timbul gas. Hal ini
menunjukkan bahwa larutan asam cuka dan amonium hidroksida memiliki daya hantar
listrik yang lemah.
3.
Arus listrik yang melalui larutan gula dan larutan urea tidak mampu
menyalakan lampu dan juga tidak timbul gas pada elektrode. Hal ini menunjukan
larutan gula dan larutan urea tidak dapat menghantarkan listrik.
REAKSI METATESIS
Reaksi
metatesis adalah reaksi pertukaran ion dari dua buah elektrolit pembentuk
garam, terdapat tiga jenis reaksi penggaraman yang mungkin yaitu; garam LA
dengan garam BX, garam BX dengan asam HA dan garam LA dengan basa BOH.
Reaksi
metatesis disebut juga reaksi perpindahan rangkap menyangkut suatu larutan dan
pertukaran dari kation dan anionnya. adapun pendukung dalam rekasi metatesis
adalah berupa terbentuknya endapan, gas dan eletrolit lemah. tak hanya endapan
garam bila larutan-larutan pereaksi dicampurkan tergantung dari konsentrasi ion
yang membentuk garam tersebut. Reaksi metatesis bercirikan adanya pertukaran
dari bagian molekul diantara dua reaktan.
Bila
konsentrasi ion cukup banyak untuk membentuk campuran reaksi menjadi jenuh
terhadap kelarutan garam tersebut maka akan terbentuk endapan. Reaksi metatesis
dapat terjadi jika salah satu hasil reaksi berupa endapan atau gas, dengan kata
lain salah satu hasil reaksi memiliki kelarutan yang rendah didalam air.
Reaksi ini
secara umum dapat dituliskan sebagai berikut:

Reaksi
metatesis (pertukaran pasangan) dapat terjadi jika AD dan CB memenuhi paling
tidak satu kriteria berikut:
1. Sukar larut dalam air (mengendap)
2.
Senyawa tidak stabil
3.
Sifat elektrolitnya lebih lemah daripada AB dan CD.
Reaksi Metatesis terdiri dari:
1. Reaksi Pengendapan yaitu suatu proses reaksi
yang membentuk endapan.
Seperti pada
contoh :
v Reaksi
antara timbal (II) nitrat dan kalium iodida

Reaksi ini
menghasilkan endapan berwarna kuning timbal (II) iodida dan larutan kalium
nitrat.
v Garam LA +
garam BX → garam LX + garam BA
NaCl + AgNO3
→ AgCl(s) + NaNO3
Reaksi ini
menghasilkan endapan berwarna putih untuk senyawa AgCl, dalam reaksi dituliskan
tanda (s) berarti solid.
v
2AgNO3(aq) + Na2CrO4(aq) Ag2CrO4(s)
+ 2NaNO3(aq)

(reaksi
metatesis / reaksi pengendapan)
Pada reaksi
antara AgNO3 dan Na2CrO4 terjadi pertukaran pasangan, Ag+ bergabung
dengan CrO42- dan Na+ bergabung dengan NO3- ,
karena itu reaksi ini disebut reaksi metatesis. Di sisi lain gabungan Ag+
dengan CrO42 membentuk endapan merah Ag2CrO4,
sehingga reaksi ini juga disebut reaksi pengendapan.
2. Reaksi Netralisasi merupakan reaksi antara
asam dan basa yang menghasilkan garam dan air.
Sebagai
contoh :
Garam LA +
basa BOH → Garam BA + LOH.
NH4Cl
+ KOH → KCl + NH4OH
Reaksi ini
berlanjut dengan menguraikan senyawa NH4OH
NH4OH
⇄ H2O + NH3 (g)
3. Reaksi Pembentukan Gas adalah reaksi kimia
yang pada produknya dihasilkan gas misalnya :
Ø pada proses fermentasi yang
melibatkan mikroorganisme, yaitu ragi. Pada pembuatan roti, ragi yang
ditambahkan pada adonan akan menyebabkan adonan roti mengembang. Karena
terbentuknya gas karbon dioksida ketika soda kue (NaHCO3)
ditambahkan ke adonan dan proses pemanggangan mengakibatkan sel ragi mati, maka
proses fermentasi berhenti.
Ø logam besi dapat bereaksi cepat
dengan asam klorida (HCl) membentuk besi (II) klorida (FeCl2) dan
gas hidrogen (H2).

Contoh:
Garam BX + asam
HA → Garam BA + Asam HX
FeS + 2 HCl
→ FeCl2 + H2S(g)
Hasil reaksi
berupa gas H2S yang dapat lepas keluar dari tempat berlangsungnya
reaksi.
Reaksi
metatesis dalam beberapa medium, yaitu sebagai berikut :
1.
Reaksi metatesis dalam medium amonia
Hasil reaksi
ini identik hasil reaksi antara dua ion yan menghasilkan senyawa dala bentuk
presipitan dengan hasil kelarutan yang rendah.
Sebagai
contoh :








2.
reaksi metatesis dalam medium asam fluorida
Ion sulfat
dan periodat relatif stabil dalam medium hidrogen flurida akan mmbentuk suatu
presipitan garam-garam logam apabila ditambahkan narium, kalium, atau periodat
ke dalam larutan flourida logam :





3.
reaksi metatesis dalam medium asam asetat
Kemampuan
yang tinggi dari asam asetat dalam melarutkan kebanyakan garam, memungkankan
zat tersebut untuk mengalami reaksi metatesis. Beberapa bentuk reaksi metatesis
dalam medium asam asetat dapat dilihat pada reaksi berikut:

Presipitan

presipitan
4.
reaksi metatesis dalam medium asam sianida
emngingat
bahwa beberapa garam ionik memiliki kelarutan yang terbatas, maka tidak emua
garam ionik dapat mengalami reaksi metatesis. Beberapa contoh reaksi metatesis
dlam medium asam sianida sebagai berikut:




5.
reaksi metatesis dalam medium asam sulfida
Beberapa
contoh reaksi metatesis medium asam sulfida adalah sebagai berikut:


BAB III
SIMPULAN
Sifat
dasar larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom
ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau
komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam
sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan
mikroskop optis sekalipun.
Larutan berdasarkan daya hantarnya dibagi
menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit.
Dan larutan elektrolit dibagi lagi menjadi dua
yaitu larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Berdasarkan jenuh atau
tidaknya larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu larutan jenuh, larutan tak
jenuh, dan larutan kelewat jenuh. Berdasarkan sifat kualitatif, larutan dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu alrutan pekat dan larutan encer.
Banyaknya
zat terlarut (solute) yang melarut dalam pelarut yang banyaknya
tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan (solubility)
zat itu. Kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 mL
pelarut, atau per 100 gram pelarut pada temperatur yang tertentu. Jika
kelarutan zat kurang dari 0,01 gram per 100 gram pelarut, maka zat itu
dikatakan tak larut (insoluble). Dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kelarutan antara lain jenis zat terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan
tekanan.
DAFTAR PUSTAKA
·
https://kimiafarmasi.wordpress.com/2010/09/04/larutan/
(di akses 19 maret 2015)
·
http://www.g-excess.com/pengertian-larutan-kimia.html (di akses
19 maret 2015)
·
http://bisakimia.com/2014/11/09/rangkuman-materi-larutan/
(di akses 19 maret 2015)
·
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/18/kimia-larutan-kimia-dasar-39481.html (di akses
19 maret 2015)
·
http://www.zonasiswa.com/2014/09/larutan-kimia.html (di akses
19 maret 2015)
·
http://setiyanisetiyani.blogspot.com/2013/10/makalah-kimia-dasar-larutan_27.html
(di akses 19 maret 2015)
·
http://www.chem-is-try.org/kategori/materi_kimia/kimia-kesehatan/larutan/
(di akses 19 maret 2015)
·
https://kimiafarmasi.wordpress.com/2010/09/04/larutan/
(di akses 19 maret 2015)
Komentar
Posting Komentar