Review
Sifat Unsur dan Cara Pemberian Nama Senyawa Kimia
Sifat Unsur dan Cara Pemberian Nama Senyawa Kimia
DOSEN
PENGAMPU:
Dr.
YUSNELTI, M.Si
NAMA : REFI
RIZKIANDI
NIM :
A1C217030
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu kimia
secara sejarah merupakan pengembangan baru, tapi ilmu ini berakar pada alkimia
yang telah dipraktikkan selama berabad-abad di seluruh dunia. Alkimiawan
menemukan banyak proses kimia yang menuntun pada pengembangan kimia modern.
Kita sering menemui unsur di sekitar kita. Apabila kita sebutkan satu per
satu akan sangat sulit karena saat ini telah ditemukan kurang lebih 118 unsur.
Sebagian besar merupakan unsur yang ditemukan di alam dan berjumlah 92,
sedangkan unsur lainnya merupakan unsur buatan. Untuk mempelajari tiap-tiap
unsur, pembahasannya sangat kompleks karena sifat-sifat unsur bervariasi antara
satu dengan yang lainnya dan jika kita mempelajari satu demi satu alangkah
sulitnya. Unsur-unsur tersebut perlu dikelompokkan supaya mudah dalam
mempelajarinya.. Hal inilah yang mendorong para ahli dari dulu untuk mengelompokkan
unsur. Bagaimana mengelompokkan unsur-unsur dengan jumlah yang besar dan sifat
yang berbeda-beda?
Pengelompokkan
dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat unsur. Dasar pertama yang digunakan
untuk mengelompokkan unsur adalah kemiripan sifat, kemudian kenaikan massa
atom, dan sekarang berdasarkan kenaikan nomor atom. Pengelompokkan unsur
mengalami perkembangan dari pengelompokkan unsur yang paling sederhana
berdasarkan sifat logam dan bukan logam, kemudian disusul sistem triade Dobereiner,
sistem oktaf Newlands, sistem periodik Mendeleyev, dan sistem
periodik yang kita gunakan saat ini (Henry G. Moseley).
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah perkembangan sejarah susunan berkala/sistem periodik
?
2.
Apa sajakah sifat-sifat unsur ?
C.
Tujuan
Tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui perkembangan sejarah sistem periodik unsur.
2.
Untuk mengetahui beberapa sifat unsur.
D.
Manfaat
Manfaat dari
pembuatan makalah ini adalah :
1.
Menjadi kajian wawasan ilmu sistem periodik.
2.
Memberikan bekal pengetahuan agar dapat mengetahui ruang lingkup
sistem periodik.
3.
Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam mengetahui ruang
lingkup sistem periodik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Susunan Berkala
Susunan
Berkala disebut juga sebagai sistem periodik unsur. Dengan ilmu kimia kita
dapat mempelajari segala sesuatu tentang unsur-unsur dan interaksi antara suatu
unsur dengan unsur yang lainnya, sehingga dapat terjadi suatu perubahan kimia
(reaksi kimia persenyawaan dan lain-lain).
Seperti kita
ketahui, telah dikenal lebih dari 100 unsur terdapat di alam dan masing-masing
unsur memiliki sifat-sifat yang berbeda. Oleh karena itu untuk mempelajari
kelakukan setiap unsur, perlu diadakan klasifikasi unsur-unsur dalam
golongan-golongan yang didasarkan atas persamaan sifat-sifatnya. Unsur-unsur
yang memiliki sifat-sifat yang mirip dimasukan ke dalam satu golongan, sehingga
dapat dipelajari dengan lebih mudah dan lebih sistimatis, sekaligus dapat
melihat hubungan antara satu hal dengan hal lainnya. Secara singkat, guna
susunan berkala adalah untuk meramalkan dan mengetahui sifat unsur, sehingga
kita dapat meramalkaan dan mengetahui berbagai gejala/kejadian di alam.
1.
Sejarah Perkembangan Sistem Periodik Unsur
Sejarah
perkembangan Sistem Periodik Unsur dan penyusunan Sistem Periodik Unsur telah
mengalami banyak penyempurnaan mulai dari Antoine Lavosier, Dalton, John Jacob
Berzelius, J . Newslands, Mendeleev , hingga Henry Moseley .
1.1
Lavoiser
Pada 1789,
Antoine Lavoiser mengelompokan 33 unsur kimia. Pengelompokan unsur tersebut
berdasarkan sifat kimianya. Unsur-unsur kimia di bagi menjadi empat kelompok.
Yaitu gas, tanah, logam dan non logam. Pengelompokan ini masih terlalu umum
karena ternyata dalam kelompok unsur logam masih terdapat berbagai unsur yang
memiliki sifat berbeda.
Unsur gas
yang di kelompokan oleh Lavoisier adalah cahaya, kalor, oksigen, azote
(nitrogen), dan hidrogen. Unsur-unsur yang tergolong non logam adalah sulfur,
fosfor, karbon, asam klorida, asam flourida, dan asam borak.
Unsur-unsur
logam adalah antimon,perak, arsenik, bismuth. Kobalt, tembaga, timah, nesi,
mangan, raksa, molibdenum, nikel, emas, platina, tobel, tungsten, dan seng.
Yang
tergolong unsur tanah adalah kapur, magnesium oksida, barium oksida, aluminium
oksida, dan silikon oksida.
Kelemahan
dari teori Lavoisior : Penglompokan masih terlalu umum
Kelebihan
dari teori Lavoisior : Sudah mengelompokan 33 unsur yang ada
berdasarkan sifat kimia sehingga bisa di jadikan
referensi bagi ilmuan-ilmuan setelahnya.
1.2
Dalton
Dalton
mengemukakan bahwa unsur dari atom yang berbeda mempunyai sifat dan massa yang
berbeda. Massa atom diperoleh dari perbandingan massa atom unsur terhadap massa
atom unsur hidrogen. Berangkat dari teorinya itu Dalton mengelompokkan zat-zat
yang berupa unsur-unsur (sebanyak 36 unsur) berdasarkan kenaikan massa atomnya.
1.3
John Jacobs Berzellius (1828)
Dalam daftar
massa unsur yang dibuat oleh Dalton terdapat kesalahan dalam penentuan massa
atom unsur. Pada tahun 1828 Barzellius berhasil membuat dan mempublikasikan
daftar massa atom unsur-unsur yang lebih akurat. Lambang unsur ditemukan oleh
John Jacob Berzelius. Aturan yang digunakan yaitu, simbol kimia yang digunakan
adalah singkatan dari nama latin karena waktu itu bahasa latin merupakan bahasa
sains, misalnya Fe adalah simbol untuk unsur ferrum (besi), Hg adalah simbol
untuk hydrargyrum (raksa), dll. Secara internasional, huruf pertama simbol
kimia ditulis dalam huruf capital, sedangkan huruf selanjutnya jika ada ditulis
dalam huruf kecil. Sistem periodik unsur dapat membantu mempelajari jumlah
unsur yang semakin banyak dan membuatnya lebih praktis.
1.4
Johan W. Dobereiner (1817)
Pada tahun
1829, J.W. Dobereiner seorang profesor kimia dari Jerman mengelompokan
unsur-unsur berdasarkan kemiripan sifat-sifatnya.
Ia
mengemukakan bahwa massa atom relatif strontium sangat dekat dengan masa
rata-rata dari dua unsur lain yang mirip dengan strantium, yaitu kalsium dan
barium dan juga mengemukakan beberapa kelompok unsur lain. Dobereiner
meyimpulkan bahwa unsur-unsur dapat dikelompokan ke dalam kelompok-kelompok
tiga unsur yang di sebut triade.
·
Kelemahan dari teori ini adalah pengelompokan unsur
ini kurang efisien dengan adanya beberapa unsur lain dan tidak termasuk dalam
kelompok triade padahal sifatnya sama dengan unsur dalam kelompok triade
tersebut.
·
Kelebihan dari teori ini adalah adanya keteraturan
setiap unsur yang sifatnya mirip massa Atom (Ar) unsur yang kedua (tengah)
merupakan massa atom rata-rata di massa atom unsur pertama dan ketiga.
1.5
J. A. K. Newland (1863-1865)
J. Newlands
merupakan orang pertama yang mengelompokan unsur-unsur berdasarkan kenaikan
massa atom relatif. Newlands mengumumkan penemuanya yang disebut hukum oktaf.
Ia
menyatakan bahwa sifat-sifat unsur berubah secara teratur.. Unsur pertama mirip
dengan unsur kedelapan, unsur kedua mirip dengan unsur kesembilan, dan seterusnya.
Daftar unsur yang disusun oleh Newlands berdasarkan hukum oktaf. Disebut Hukum
Oktaf karena beliau mendapati bahwa sifat-sifat yang sama berulang pada setiap
unsur ke delapan dalam susunan selanjutnya dan pola ini menyerupai oktaf musik.
Hukum oktaf
newlands ternyata hanya berlaku untuk unsur-unsur ringan. Jika diteruskan,
teryata kemiripan sifat terlalu dipaksakan. Misalnya, Ti mempunya sifat yang
cukup berbeda dengan Al maupun B.
Kelemahan
dari teori ini adalah dalam kenyataanya masih diketemukan beberapa oktaf yang
isinya lebih dari delapan unsur. Dan penggolonganya ini tidak cocok untuk unsur
yang massa atomnya sangat besar.
1.6
Lothar Meyer
Pada tahun
1969, Lothar Meyer mengamati hubungan antara kenaikan massa atom dengan sifat
unsur. Hal ini dilakukan antara lain dengan membuat Kurva volume atom versus
fungsi massa atom.
Dari kurva,
ia mengamati adanya keteraturan dari unsur-unsur dengan sifat yang mirip, dan
pengulangan sifat unsur tidak selalu setelah 8 unsur, seperti dinyatakan dalam
hukum oktaf.
Unsur-unsur
disusun berdasarkan kenaikan massa atom secara vertikal. Pengulangan sifat
unsur membentuk kolom. Sedangkan unsur-unsur dengan sifat yang mirip terletak
pada baris yang sama.
1.7
Dimitri Mendeleev
Pada tahun
1869 seorang sarjana asal rusia bernama Dimitri Ivanovich Mendeleev,
berdasarkan pengamatan terhadap 63 unsur yang sudah dikenal ketika itu,
menyimpulkan bahwa sifat-sifat unsur adalah fungsi periodik dari massa atom
relatifnya. Tabel Sistem Periodik Mendeleev yang telah disempurnakan (1871)
terdiri atas golongan (lajur tegak) dan periode (deret mendatar).
Keuntungan
Tabel Periodik Mendeleev dalam memahami sifat unsur ialah:
·
Sifat kimia dan sifat fisika unsur dalam satu golongan berubah
secara teratur.
·
Dapat meramal sifat unsur yang belum diketemukan, yang akan
mengisi tempat kosong dalam daftar.
·
Tabel ini tidak mengalami perubahan setelah penemuan unsur-unsur
gas mulia.
Kelemahan
Tabel Periodik Mendeleyev:
·
Panjang periode tidak sama.
·
Triade besi (Fe, Co, dan Ni), triade platina ringan (Ru, Rh, dan
Pd), dan triade platina (Os, Ir, dan Pt) dimasukkan ke dalam golongan VIII.
·
Selisih massa atom relatifnya antara dua unsur yang berurutan
tidak teratur (antara –1 dan +4), sehingga sukar untuk meramal unsur-unsur yang
belum ditemukan.
Sebagaimana
dapat dilihat pada gambar di atas, Mendeleev mengkosongkan beberapa tempat. Hal
itu dilakukan untuk menetapkan kemiripan sifat dalam golongan. Sebagai contoh,
Mendelev menempatkan Ti (Ar = 48) pada golongan IV dan membiarkan golongan III
kosong karena Ti lebih mirip dengan C dan Si, dari pada dengan B dan Al.
Mendeleev meramalkan dari sifat unsur yang belum di kenal itu. Perkiraan
tersebut didasarkan pada sifat unsur lain yang sudah dikenal, yang letaknya
berdampingan baik secara mendatar maupun secara tegak. Ketika unsur yang
diramalkan itu ditemukan, ternyata sifatnya sangat sesuai dengan ramalan
mendeleev. Salah satu contoh adalah germanium (Ge) yang ditemukan pada tahun
1886, yang oleh Mendeleev dinamai ekasilikon.
1.8
Henry G. Moseley
Pada awal
abad 20, pengetahuan kita terhadap atom mengalami perkembangan yang sangat
mendasar. Para ahli menemukan bahwa atom bukanlah suatu partikel yang tak
terbagi melainkan terdiri dari partikel yang lebih kecil yang disebut partikel
dasar atau partikel subatom. Kini atom di yakini terdiri atas tiga jenis
partikel dasar yaitu proton, elektron, dan neuron. Jumlah proton merupakan
sifat khas dari unsur, artinya setiap unsur mempunyai jumlah proton tertentu
yang berbeda dari unsur lainya. Jumlah proton dalam satu atom ini disebut nomor
atom. pada 1913, seorang kimiawan inggris bernama Henry Moseley melakukan
eksperimen pengukuran panjang gelombang unsur menggunakan sinar-X.
Berdasarkan
hasil eksperimenya tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa sifat dasar atom bukan
didasari oleh massa atom relatif, melainkan berdasarkan kenaikan jumlah proton.
Ha tersebut diakibatkan adanya unsur-unsur yang memiliki massa atom berbeda,
tetapi memiliki jumlah proton sama atau disebut isotop.
Kenaikan
jumlah proton ini mencerminkan kenaikan nomor atom unsur tersebut.
Pengelompokan unsur-unsur sistem periodik modern merupakan penyempurnaan hukum
periodik Mendeleev, yang disebut juga sistem periodik bentuk panjang.
Konfigurasi
elektron 20 unsur pertama dalam Sistem Periodik
B.
Periode dan Golongan
1.
Periode
Periode
ditempatkan pada lajur horizontal dalam sistem periodik modern. Periode suatu
unsur menunjukan suatu nomor kulit yang sudah terisi elektron (n terbesar)
berdasarkan konfigurasi elektron. Konfigurasi elektron adalah persebaran
elektron dalam kulit-kulit atomnya.
Dalam sistem
periodik modern terdapat 7 periode, yaitu :
a.
periode 1 (periode sangat pendek) berisi 2 unsur, yaitu H
dan He.
b.
periode 2 (periode pendek) berisi 8 unsur yaitu, Li, Be,
B, C, N, O, F, Ne.
c.
periode 3 (periode pendek) berisi 8 unsur, yaitu Na, Mg,
Al, Si, P, S, Cl, Ar.
d.
periode 4 (periode panjang) berisi 18 unsur, yaitu K, Ca,
Sc, Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn, Ga, Ge, As, Se, Br, Kr.
e.
periode 5 (periode panjang) berisi 18 unsur, yaitu Rb, Sr,
Y, Zr, Nb, Mo, Tc, Ru, Rh, Pd, Ag, Cd, In, Sn, Sb, Te, I, Xe.
f.
periode 6 (periode sangat panjang)berisi 32 unsur
yaitu, 18 unsur seperti pada periode 4 atau ke-5, yaitu Cs, Ba, La, Hf, Ta, W,
Re, Os, Ir, Pt, Au, Hg, Tl, Pb, Bi, Po, At, Rn, dan 14 unsur lagi merupakan
deret lantanida, yaitu Ce, Pr, Nd, Pm, Sm, Eu, Gd, Tb, Dy, Ho, Er, Tm, Yb, Lu;
g.
periode 7 (periode sangat panjang) berisi 28 unsur, yaitu
Fr, Ra, Ac, Rf, Db, Sg, Bh, Hs,Mt, Uun, Uuu, Uub, Uut, Uuq, Uup, Uuh, Uus
Uuobelum lengkap karena maksimum 32 unsur. Pada periode ini terdapat deret
aktinida yaitu Th, Pa, U, Np, Pu, Am, Cm, Bk, Cf, Es, Fm, Md, No, Lr.
2. Golongan
Golongan
adalah lajur tegak pada tabel periodik unsur. Unsur-unsur yang ada dalam satu
lajur tegak adalah unsur-unsur segolongan, terdapat delapan golongan utama dan
delapan golongan transisi.
2.1
Golongan utama
Golongan
utama tersebut adalah :
a.
Golongan I A disebut golongan alkali (kecuali H) terdiri
dari unsur-unsur :
H, Li, Na,
K, Rb, Cs, Fr .
b.
Golongan II A disebut golongan alkali tanah yang terdiri
dari unsur-unsur :
Be, Mg, Ca,
Sr, Ba, Ra.
c.
Golongan III A disebut golongan baron aluminium yang
terdiri dari unsur-unsur:
B, Al, Ga,
In, Ti, Uut.
d.
Golongan IV A disebut golongan karbon-silicon yang terdiri
dari unsur-unsur :
C, Si, Ge,
Sn, Pb, Uuq.
e.
Golongan V A disebut golongan nitrogen-fosforus yang
terdiri dari unsur-unsur:
N, P, As,
Sb, Bi, Uup.
f.
Golongan VI A disebut golongan oksigen-belerang yang
terdiri dari unsur-unsur:
O, S, Se,
Te, Po, Uuh.
g.
Golongan VII A disebut golongan halogen yang terdiri dari
unsur-unsur :
F, Cl, Br,
I, At.
h.
Golongan VIII A disebut golongan gas mulia yang terdiri
dari unsur-unsur :
He, Ne, Ar,
Kr, Xe, Rn.
2.2
Golongan transisi
Golongan
transisi tersebut adalah :
a.
Golongan I B terdiri dari unsur-unsur Cu, Ag, Au, Rg.
b.
Golongan II B terdiri dari unsur-unsur Zn, Cd, Hg, Uub.
c.
Golongan III B terdiri dari unsur-unsur Se,Y, La, Ac.
d.
Golongan IV B terdiri dari unsur-unsur Ti, Zr, Hf, Rf.
e.
Golongan V B terdiri dari unsur-unsur V, Nb, Ta, Db.
f.
Golongan VI B terdiri dari unsur-unsur Cr, Mo, W, Sg.
g.
Golongan VI B terdiri dari unsur-unsurMn, Te, Re,Bh.
h.
Golongan VIII B terdiri dari unsur-unsur Fe, Ru, Os, Hs,
Co, Rh, Ir, Mt, Ni, Pd, Pt, Ds.
Pada periode
6 dan 7 terdapat masing-masing 14 unsur yang disebut unsur-unsur transisi
dalam, yaitu unsur-unsur antanida dan aktinida. Unsur-unsur transisi dalam
semua termasuk golongan IIIB. Unsur-unsur lantanida pada periode 6 golongan
IIIB, dan unsur-unsur aktinida pada periode 7 golongan IIIB. Penempatan
unsur-unsur tersebut di bagian bawah tabel periodik adalah untuk alasan teknis,
sehingga daftr tidak terlalu panjang.
C.
Sifat-sifat Unsur
1.
Jari-jari Atom
Jari-jari
atom adalah jarak dari inti atom ke kulit terluar. Besarnya jari-jari atom
dipengaruhi oleh jumlah kulit elektron dan muatan inti atom.
Dalam suatu
golongan, jari-jari atom semakin ke atas cenderung semakin kecil. Hal ini
terjadi karena semakin ke atas, kulit elektron semakin kecil.
Dalam suatu
periode, semakin ke kanan jari-jari atom cenderung semakin kecil. Hal ini
terjadi karena semakin ke kanan jumlah proton dan jumlah elektron semakin
banyak, sedangkan jumlah kulit terluar yang terisi elektron tetap sama sehingga
tarikan inti terhadap elektron terluar semakin kuat.
2.
Jari-jari Ion
Ion
mempunyai jari-jari yang berbeda secara nyata (signifikan) jika dibandingkan
dengan jari-jari atom netralnya. Ion bermuatan positif (kation) mempunyai
jari-jari yang lebih kecil, sedangkan ion bermuatan negatif (anion) mempunyai
jari-jari yang lebih besar jika dibandingkan dengan jari-jari atom netralnya.
3.
Energi Ionisasi
Energi
ionisasi adalah besarnya energi yang diperlukan oleh suatu atom/ion untuk
melepaskan sebuah elektron yang terikat paling lemah (elektron teluar).
Energi
ionisasi merupakan energi yang digunakan untuk melawan gaya tarik inti terhadap
elektron terluarnya, jadi semakin jauh dari inti maka semakin kecil energi
ionisasinya dan semakin mudah elektron itu dilepaskan.
Dalam suatu
periode semakin banyak elektron dan proton gaya tarik menarik elektron terluar
dengan inti semakin besar (jari-jari kecil). Akibatnya, elektron sukar lepas
sehingga energi untuk melepas elektron semakin besar. Hal ini berarti energi
ionisasi besar. Jika jumlah elektronnya sedikit, gaya tarik menarik elektron
dengan inti lebih kecil (jari-jarinya semakain besar). Akibatnya, energi untuk
melepaskan elektron terluar relatif lebih kecil berarti energi ionisasi kecil.
·
Unsur-unsur yang segolongan : energi ionisasi makin ke
bawah makin kecil, karena elektron terluar makin jauh dari inti (gaya tarik
inti makin lemah), sehingga elektron terluar makin mudah di lepaskan.
·
Unsur-unsur yan seperiode : energi ionisai pada umumnya
makin ke kanan makin besar, karena makin ke kanan gaya tarik inti makin kuat.
Kekecualian
:
Unsur-unsur
golongan II A memiliki energi ionisasi yang lebih besar dari pada golongan III
A, dan energi ionisasi golongan V A lebih besar dari pada golongan VI A.
4.
Afinitas Elektron
Afinitas
Elektron adalah besarnya energi yang dibebaskan oleh suatu atom untuk menerina
sebuah elektron.
Jadi,
besaran afinitas elektron merupakan besaran yang dapat digunakan untuk mudah
tidaknya atom untuk menarik elektron. Semakin besar afinitas elektron yang
dimiliki atom itu menunjukan bahwa atom itu mudah nenarik elektron dari luar
dan membentuk ion negatif(anion). Jika ion negatif yang terbentuk bersifat
stabil, maka proses penyerapan elektron itu disertai pelepasan energi dan
afinitas elektronnya dinyatakan dengan tanda negatif. Akan tetapi jika ion
negatif yang terbentuk tidak stabil, maka proses penyerapan elektron akan
membutuhkan energi dan afinitas elektronnya dinyatakan dengan tanda positif.
Jadi, unsur yang mempunyai afinitas elektron bertanda negatif mempunyai
kecenderungan lebih besar menyerap elektron daripada unsur yang afinitas
elektronnya bertanda positif. Makin negatif nilai afinitas elektron berarti
makin besar kecenderungan menyerap elektron.
Dalam satu
periode dari kiri ke kanan, jari-jari semakin kecil dan gaya tarik inti
terhadap elektron semakin besar, maka atom semakin mudah menarik elektron dari
luar sehingga afinitas elektron semakin besar.
Pada satu
golongan dari atas ke bawah, jari-jari atom makin besar, sehingga gaya tarik
inti terhadap elektron makin kecil, maka atom semakin sulit menarik elektron
dari luar, sehingga afinitas elektron semakin kecil.
Dalam satu
periode, dari kiri ke kanan afinitas elektron bertambah.
Dalam satu
golongan, dari atas ke bawah afinitas elektron berkurang.
5.
Keelektronegatifan
Keelektronegatifan
adalah kemampuan suatu atom untuk menarik elektron dari atom lain. Faktor yang
mempengaruhi keelektronegatifan adalah gaya tarik dari inti terhadap elektron
dan jari-jari atom. Harga keelektronegatifan bersifat relatif (berupa
perbandingan suatu atom yag lain).
·
Unsur-unsur yang segolongan : keelktronegatifan makin ke
bawah makin kecil, karena gaya taik-menarik inti makin lemah. Unsur-unsur
bagian bawah dalam sistem periodik cenderung melepaskan elektron.
·
Unsur-unsur yang seperiode : keelektronegatifan makin ke
kanan makin besar. Keelektronegatifan terbesar pada setiap periode dimiliki
oleh golongan VII A (unsur-unsur halogen). Harga keelektronegatifan terbesar
terdapat pada flour (F) yakni 4,0, dan harga terkecil terdapat pada fransium
(Fr) yakni 0,7.
Harga
keelektronegatifan penting untuk menentukan bilangan oksidasi (biloks) unsur
dalam sutu senyawa. Jika harga keelektronegatifan besar, berarti unsur yang
bersangkutan cenderung menerim elektron dan membentuk bilangan oksidasi
negatif. Jika harga keelektronegatifan kecil, unsur cenderung melepaskan
elektron dan membentuk bilangan oksidasi positif. Jumlah atom yang diikat
bergantung pada elektron valensinya.
6.
Sifat Logam dan Non Logam
Sifat-sifat
unsur logam yang spesifik, antara lain : mengkilap, menghantarkan panas dan
listrik, dapat ditempa menjadi lempengan tipis, serta dapat ditentangkan
menjadi kawat/kabel panjang. Sifat-sifat logam tersebut diatas yang membedakan
dengan unsur-unsur bukan logam. Sifat-sifat logam, dalam sistem periodik makin
kebawah makin bertambah, dan makin ke kanan makin berkurang.
Batas
unsur-unsur logam yang terletak di sebelah kiri dengan batas unsur-unsur bukan
logam di sebelah kanan pada sistem periodik sering digambarkan dengan tangga
diagonal bergaris tebal. Unsur-unsur yang berada pada batas antara logam dengan
bukan logam menunjukkan sifat ganda.
Contoh :
1.
Berilium dan Aluminium adalah logam yang memiliki beberapa sifat
bukan logam. Hal ini disebut unsur-unsur amfoter.
2.
Baron dan Silikon adalah unsur bukan logam yang memiliki beberapa
sifat logam. Hal
ini disebut
unsur-unsur metalloid.
7.
Kereaktifan
Reaktif
artinya mudah bereaksi. Unsur-unsur logam pada sistem periodik, makin ke bawah
makin reaktif, karena makin mudah melepaskan elektron. Unsur-unsur bukan logam
pada sistem periodik, makin ke bawah makin kurang reaktif, karena makin sukar
menangkap elektron.
Kereaktifan
suatu unsur bergantung pada kecenderungannya melepas atau menarik elektron.
Jadi, unsur logam yang paling reatif adalah golongan VIIA (halogen). Dari kiri
ke kanan dalam satu periode, mula-mula kereaktifan menurun kemudian bertambah
hingga golongan VIIA. Golongan VIIA tidak reaktif.
D. TEORI ATOM MODERN
Model atom
mekanika kuantum dikembangkan oleh Erwin Schrodinger (1926).Sebelum Erwin
Schrodinger, seorang ahli dari Jerman Werner Heisenberg mengembangkan teori
mekanika kuantum yang dikenal dengan prinsip ketidakpastian yaitu “Tidak
mungkin dapat ditentukan kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama pada
saat bersamaan, yang dapat ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron
pada jarak tertentu dari inti atom”.
Daerah ruang
di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan elektron disebut
orbital. Bentuk dan tingkat energi orbital dirumuskan oleh Erwin
Schrodinger.Erwin Schrodinger memecahkan suatu persamaan untuk mendapatkan
fungsi gelombang untuk menggambarkan batas kemungkinan ditemukannya elektron
dalam tiga dimensi.
Persamaan
Schrodinger
x,y dan z
Y m ђ E V |
= Posisi
dalam tiga dimensi
= Fungsi gelombang = massa = h/2p dimana h = konstanta plank dan p = 3,14 = Energi total = Energi potensial |
Model atom
dengan orbital lintasan elektron ini disebut model atom modern atau model atom
mekanika kuantum yang berlaku sampai saat ini, seperti terlihat pada gambar
berikut ini.
Kelemahan Teori Atom Modern :
Persamaan
gelombang Schrodinger hanya dapat diterapkan secara eksak untuk partikel dalam
kotak dan atom dengan elektron tunggal.
E.
Tata Nama Senyawa Sederhana
Setiap
senyawa mempunyai nama yang khas. Himpunan kimia sedunia, IUPAC
(International Union of Pure and Applied Chemistry), telah membuat aturan
mengenai penamaan senyawa kimia. Di dunia, ada beberapa senyawa yang
memiliki dua nama, yaitu satu nama yang sesuai dengn aturan IUPAC, dan satu
nama lagi berasal dari nama trivial atau nama dagang. Berikut ini adalah
beberapa aturan tata nama senyawa sesuai dengan aturan IUPAC
TATA NAMA SENYAWA ANORGANIK
Yang
akan di bahas pada tata nama senyawa anorganik ini antara lain : tata nama
senyawa biner, poliatomik, basa, dan asam. Berikut adalah penjelasannya.
1. TATA NAMA SENYAWA BINER
Senyawa
biner adalah senyawa yang tersusun atas dua unsur.
Kadua unsur itu dapat berupa unsur logam dan unsur nonlogam atau
unsur nonlogam dan unsur nonlogam. Unsur logam dalam senyawa biner biasanya
merupakan kation (ion positif) (Baca juga tentang reaksi ionisasi dan pembentukan ion disini
sedangkan unsur nonlogam dalam senyawa biner biasanya merupakan anion (ion
negatif).
A. TATA NAMA SENYAWA BINER LOGAM DAN NONLOGAM
Terdapat
tiga aturan untuk penamaan senyawa yang tersusun atas unsur logam dan unsur
nonlogam. Berikut adalah aturannya :
- Untuk unsur logam yang hanya mempunyai satu bilangan oksidasi (baca juga cara menentukan bilangan oksidasi disini), penamaannya dengan cara menyebutkan nama unsur nonlogam didepan dan kemudian nama unsur nonlogam disertai akhiran ida
Nama
unsur logam + nama unsur nonlogam –ida
Contoh
:
- LiF = Li (litium) + F (flour) = Litium Flourida
- MgCl2 = Mg (magnesium) + Cl(klor) = Magnesium Klorida
- BeO = Be (berrilium) + O (oksigen) = Berrilium Oksida
- K2S = K (Kalium) + S (sulfur) = Kalium Sulfida
- Al2O3 = Al (alumunium) + O (oksigen) = Alumunium Oksida
- MgBr2 = Mg (magnesium) + Br (bromium) = Magnesium Bromida
- Untuk unsur logam yang mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi, penamaan adalah dengan cara menuliskan nama unsur logam disertai dengan menuliskan bilangan oksidasinya dengan menggunakan angka romawi di dalam tanda kurung dan nama nonlogam di belakang disertai akhiran –ida. Untuk penamaan dengan metode ini dapat dengan menggunakan nama lokal atau nama dagang untuk nama unsur logamnya.
Nama
unsur nonlogam (bilangan oksidasi dalam angka romawi) + nama unsur nonlogam
–ida
Contoh
:
- CuCI = Tembaga (I) Klorida
- SnO = Timah (II) Oksida
- CuCI2 = Tembaga (II) Klorida
- SnO2 = Timah (IV) Oksida
- PbO = Timbel (II) Oksida
- CuI2 = Tembaga (II) Iodida
- MnO2 = Mangan (IV) Oksida
- AgF = Perak (I) Flourida
- HgO = Mercuri (II) Oksida
- PbCl2 = Timbel (II) Klorida
- Fe2O3 = Besi (III) Oksida
- SnF2 = Timah (II) Flourida
- AuCl3 = Emas (III) Klorida
- Untuk unsur logam yang mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi, ada dua cara :
- Jika bilangan oksidasi pada unsur logam lebih kecil, maka diakhiri dengan –o
- Jika bilangan oksidasi pada unsur logam lebih besar, maka diakhiri dengan –i
Nama
unsur logam –i atau –o + nama unsur nonlogam
TIPS
Cara
mengetahui apakah bilangan oksidasi suatu unsur lebih besar atau lebih kecil
adalah dengan melihat SPU (Sistem Periodik Unsur). Lihatlah tepat diatas
lambing unsur, angka tersebut merupakan angka yang menunjukkan bilangan
oksidasi suatu unsur. Misal unsur H hanya mempunyai satu bilangan oksidasi,
yaitu +1, sementara unsur Fe mempunyai dua bilangan oksidasi, yaitu +2, dan +3
(artinya bilangan oksidasi +2 merupakan bilangan oksidasi kecil dari unsur Fe,
dan bilangan oksidasi +3 merupakan bilangan oksidasi besar dari unsur Fe).
Contoh
:
- PbO = Plumbo Oksida (bilangan oksidasi Pb = +2 => lebih kecil)
- CuCI2 = Cupri Iodida (bilangan oksidasi Cu = +2 => lebih besar)
- CuCl = Cupro Klorida (bilangan oksidasi Cu = +1 => lebih kecil)
- CuCl2 = Cupri Klorida (bilangan oksidasi Cu = +2 => lebih besar)
- FeCI2 = Ferro Klorida (bilangan oksidasi Fe = +2 => lebih kecil)
- FeCl3 = Ferri Klorida (bilangan oksidasi Fe = +3 => lebih besar)
- HgO = Hidra Argiri Oksida (bilangan oksidasi Hg = +2 => lebih besar)
- FeO3 = Ferri Oksida (bilangan oksidasi Fe = +3 => lebih besar)
- SnF2 = Stanno Flourida (bilangan oksidasi Sn = +2 => lebih kecil)
- AuCl3 = Auri Klorida (bilangan oksidasi Fe = +3 => lebih besar)
B. TATA NAMA SENYAWA BINER NONLOGAM DAN NONLOGAM
- Unsur dengan atom (baca juga teori perkembangan atom disini) yang cenderung bermuatan positif, diletakkan didepan. Sementara unsur dengan atom yang cenderung bermuatan negatif diletakkan dibelakang. Adapun urutannya adalah sebagai berikut :
B
– Si – C – Sb – As – P – N – H – Te – Se – S – I – Br – CI – O – F
Contoh
:
- Amonia = NH3 bukan H3N
- Air = H2O bukan OH2
- Penulisan senyawa nonlogam dan nonlogam adalah, dengan menuliskan nama unsur nonlogam diawali dengan awalan yang menunjukkan jumlah unsur nonlogam dan nama unsur nonlogam diawali dengan awalan yang menunjukan jumlah unsur nonlogam serta diikuti dengan akhiran –ida. Awalan pada yang menunjukan jumlah unsur nonlogam ditulis dengan bahasa yunani. Untuk awalan yang menunjukkan jumlah satu pada unsur nonlogam yang didepan tidak perlu ditulis
(awalan
yang menunjukkan jumlah unsur nonlogam) - nama unsur nonlogam + (awalan yang
menunjukkan jumlah unsur nonlogam) – nama unsur nonlogam –ida
Jumlah
unsur yang menunjukkan jumlah unsur dalam bahasa yunani
- Satu = mono
- Dua = di
- Tiga = tri
- Empat = tetra
- Lima = penta
- Enam = heksa
- Tujuh = hepta
- Delapan = okta
- Sembilan = nona
- Sepuluh = deka
Contoh
:
- PCl3 = Fosfor Triklorida (indeks 1 pada unsur P tidak perlu ditulis)
- N2O3 = Dinitrogen Trioksida
- NO = Nitrogen Oksida
- CCI4 = Karbon Tetraklorida
- NO2 = Nitrogen Dioksida
- SO2 = Sulfur Dioksida
- SO3 = Sulfur Trioksida
- N2O5 = Dinitrogen Pentaoksida
- CI2O7 = Dikloro Heptaoksida
- CO2 = Karbon Dioksida
2. TATA NAMA SENYAWA ASAM
Asam
merupakan zat yang menghasilkan ion hIdrogen (H+) jika dilarutkan ke dalam air.
Untuk senyawa asam biner, tata namanya diawali dengan kata asam
dan diikuti dengan nama unsur yang mengikutinya. Sedangkan untuk senyawa
asam poliatomik, penamaannya diawali dengan kata asam dan diikuti
dengan sisanya, yaitu anion.
Asam
+ sisanya
Contoh
:
- HBr = Asam Bromida
- H2CO3 = Asam Karbonat
- H2SO4 = Asam Sulfat
- H2SO3 = Asam Sulfit
- H3PO4 = Asam Fosfat
- H3PO3 = Asam Fosfit
- HNO2 = Asam Nitrit
- HNO3 = Asam Nitrat
- H2C2O4 = Asam Aksalat
- CH3COOH = Asam Asetat
3. TATA NAMA SENYAWA BASA
Basa
merupakan zat yang menghasilkan ion hidroksida (OH-) jika dilarutkan di dalam
air.
Tata nama senyawa logam adalah tata nama unsur logam dan diikuti –hidroksida.
Tata
nama logam + hidroksida
Contoh
:
- Al(OH)3 = Alumunium Hidroksida
- Ba(OH)2 = Barium Hidroksida
- Cu(OH)2 = Tembaga (II) Hidroksida atau Cupri Hidroksida (bilangan oksidasi CU = +2, lebih besar)
- Fe(OH)3 = Besi (III) Hidroksida atau Ferri Hidroksida (bilangan oksidasi Fe = +3. Lebih besar)
- AgOH = Perak Hidroksida
- Au(OH)2 = Emas (II) Hidroksida atau Aurri Hidroksida (bilangan oksidasi Au = +2, lebih besar)
- Be(OH)2 = Berrilium Hidroksida
- Pb(OH)4 = Timbal (IV) atau Plumbi Hidroksida (bilangan oksidasi Pb = +4, lebih besar)
4. TATA NAMA SENYAWA POLIATOMIK
Untuk
senyawa poliatomik ini, anda harus bisa menerapkan tata nama senyawa biner,
baik logam dan nonlogam maupun nonlogam dan nonlogam, serta tabel kation dan
anion. Untuk senyawa poliatomik yang tersusun atas kation dan anion poliatomik,
susunannya adalah kation diikuti dengan nama anion.
Contoh
:
- MgCO3 = Magnesium Karbonat
- KClO3 = Kalium Klorat
- Fe(NO3)3 = Besi (III) Nitrat atau Ferri Nitrat (Perhatikan unsur logam dan kationnya)
Komentar
Posting Komentar